Have an account?
Klik Sebelah Kiri Volume untuk FullScreen.
Klik Sebelah Kiri Volume untuk FullScreen.


klik TANDA KOTAK (Disamping LIVE) UNTUK PERBESAR

History

Konon di jaman Ki Gede Sebayu melakukan pertapaan di tepian sungai di desa Muara Tua. bbnyak kisah-kisah dari orang tua yang menceritakan teuotang seorang pertapa suci terdampar di desa Muara Tua. yang kini desa tersebut sudah menjadi sebuah Kelurahan Muara Reja. setelah di tahun 1988 Desa Muara Tua masuk pengembangan wilayah kota madya Tegal. pertamanya desa tersebut termasuk sebuah kecamatan sumur panggang kabu paten Tegal. Menurut catatan sejarawan Prof. Dr. Abu Su'ud. dalam hasil karyanya yang di berjudul Semangat Orang-Orang Tegal. diceritakan pada tahun 1580.

Ki Gede Sebayu kuwe Tumenggung pertama nang kadipaten Tegal, dheweke diangkat dening Ingkang Sinuhun Kanjeng Panembahan Senopati Sayyidin Penata Gama Ratu Bimantoro sekang kerajaan Mataram, jabatane ialah Juru Demang (sederajad karo). Ki Gede Sebayu diangkat dina Rebo Kliwon tanggal 18 Mei 1601 utawa 1524 Caka.


Ki Gede Sebayu kuwe keturunan Bathara Katong, Adipati Ponorogo, dheweke putra ping-22 sekang 90 sedulur. Putrane 2: Raden Ayu Giyanti Subalaksana estri Pangeran Selarong (Pangeran Purboyo), karo Ki Gede Honggowono ramane Ki Gede Hanggowono Seco Menggolo Jumeneng Tumenggung Reksonegoro I.

Berdirinya Kota Tegal.
Awalnya kota Tegal itu termasuk wìlayah Kabupaten Pemalang. termasuk yang mengakui Kabupaten Pajang. kemudian cucu pangeran Banowo yang bernama Ki Gede Sebayu. meninggalkan pemalang menuju Desa Tegal dan memperluas desa Tegal hingga menjadi sebuah Kota. anaknya yang bernama Ki Honggowono ikut membantu dalam membuat saluran air sawah yang berasal dari Kali Gung. saluran air tersebut sangat membantu kemakmuran para petani di daerah ini dan daerah yang lain pun ikut subur. lambat laun desa tegal penduduknya semangkin padat. dan akhirnya Ki Gede Sebayu wafat. di Desa Danawari di Kec: Balapulang. dan di makamkan di tepian Kali Gung. dan anaknya Ki Honggowono. setelah meninggal dunia di makamkan di dukuh Karang Tempel. desa Kali Soka. Kec: Dukuh Waru Kabupaten Tegal.

kembali ke daerah Muara reja. jadi sebutan Muara Tua berarti sudah ada sejak zaman Ki Gede Sebayu melakukan pertapaan. meskipun belio pernah bertapa di tempat tersebut akan tetapi sampai sekarang orang-orang tidak tau tempat pertapaannya yang asli. tetapi di desa Muara Tua terdapat makam orang suci, seperti Mbah Kramat. lokasinya di dukuh Muara Tua. sedang Mbah Tambak Jati dan Mbah Maya lokasinya berada di padukuhan Anyar. tepatnya sekarang Martoloyo. kira-kira di tahun delapan puluhan desa Muara Tua sempat terkenal. karna nuansa desa nelayan yang sangat kental. apa lagi jalan desa pada saat itu belum di aspal di kanan kiri tumbuh lebat pohon Widara. ( buah yang menyerupai buah apel tapi kecil). listrikpun belum ada maklun karna Muara Tua tergolong desa tertinggal. tapi karna ada tempat lokalisasi Barasyid. di namakan Barasyid sebab pemilik tempat tersebut bernama Abah Rasyid. maka dari itu desa mara tua menjadi ramai karna banyak hidung belang yang datang ketempat tersebut bahkan dari berbagai daerah. saat itu Mara Tua, desa penuh peson, baik keindahan pantainya yang alami maupun keluguan wargany, rata-rata penduduknya nelayan, para wanitanyjpun di jaman duloe kalau di sore hari banyak yang memakai kemben. atau kain tapih yang cuma menutupi di bagian dada sampai lutut. lantaran di setiap penduduk belum memilik sumur, sehingga jika penduduk mandi pagi maupun sore hari selalu mandi di tempat sumur umum yang tempatnya di belakang rumahnya (Bekel) atau sekarang menjadi Lurah.

para nelayan tradisional dengan alat tangkap jaring klitik dengan (jukung) perahu kecil. menjadi pemandangan yang sangat menarik. apa lagi kalau sore hari. nampak nelayan menjahit jaring yang rusak, di sampingnya alunan musik tarlin dari salah satu stasiun radio. dan di tambah minuman khas dari Tegal Teh Poci gula batu karo ududte srutu. kini muara tua yang penuh dengan misteri, seperti kuburan Kristen Jawa, dengan Greja tua peninggalan jaman belanda, atau tempat petilasan orang suci yang diyakini warga setempat sebagai Mbah Kramat. Mbah Maya. dan Mbah Tambak Jati. masih menyimpan sejuta misteri, namun orang-orang Muara reja sendiri jarang yang menger tentang asal-usul tempat-tempat tersebut. bahkan tak perduli terhadap tempat bersejarah tersebut. meskipun kegiatan tradisi menaruh kembang atau sesaji kemakam tersebut tapi mereka rata-rata tidak tahu siapa sebenarnya dan dari mana asal usulnya orang suci itu, bahkan hampir setiap tahun masyarakat nelayan di Muara reja selalu menggelar upacara adat. sedekah bumi dan sedekah laut.

Upacara tradisi itu diyakini oleh masyarakat nelayan sebagai upacara tolak balak. untuk mengusir segala musibah dan kejahatan dari roh-roh jahat. Tradisi atau adat sedekah bumi atau sedekah laut yang sudah diadakak dari jaman nenek moyang hingga kini masih di lestarikan oleh masyarakat pesisir di tanah jawa. tradisi ini ajaran dari animisme dan dinamisme. suatu ajaran yang meyakini bahwa tiap benda mempunyai kekuatan ghoib. memang sebelum agama islam masuk di tanah jawa sudah ada lebih dulu bersemayam ajaran Hindu dan Budha. sehingga sebagian masyarakat hingga kini masih susah untuk meninggalkany. seperti menyiapkan sesajì pada malam jumat, menyebar kembang setaman di setiap perempatan jalan, menyekar kekuburan tapi tidak mengerti tata cara ziaroh kubur, dan ada juga mereka meminta rezeki dari kuburan, meskipun hampir setiap tahun nelayan selalu menggelar sedekah laut. tak jarang musibah di lautpun sering terjadi, bagi masyarakat nelayan orang meninggal di laut, adalah hal yang sudah biasa. sebenarnya sudah ada upaya agar meruba tujuan dan tradisi tersebut. namun para orang tua masih mempertahankan agar tradisi sedekah laut tetap diadakan. demikian seklumit kisah tentang Kota TEGAL Keminclong Mocer Kotane.

Catetan Sejarah

Sekitar abad X, Tome Pieres tau mampir nang Tegal. Tom Pieres kuwe penjelajah sekaligus saudagar asal Portugis, dheweke dagang kasil-kasil pertanian juga gula nang pelabuhan Tegal. Miturut catetan Tom Pieres, jaman kuwe perdagangan nang Tegal esih didominasi wong-wong India karo Tionghoa.

Antara abad X ngantek abad XVI kemungkinan nang wilayah Tegal ana sistem pemerentahan utawa dikuasai kerajaan cilik sebab miturut catetan Rijklof Van Goens karo data nang buku W. Fruin Mees, disebut nek sekitar taun 1575 daerah kuwe termasuk daerah merdeka sing dipimpin Raja cilik utawa Pangeran, kiye juga didukung data nang buku The History of Java (Raffles) nek ana kerajaan cilik sing jenenge kerajaan Mandaraka (ana juga sing nyebut kerajaan Salya) nang sekitar wilayah Tegal, ning catetan kiye mandan meragukan.

Kerajaan Mataram molai nguasai wilayah Tegal bubar penyerangan pasukan Mataram sing dipimpin Panembahan Sedo Krapyak. Sebagai bagian kerajaan Mataram, wilayah Tegal olih status kadipaten tanggal 18 Mei taun 1601, Ki Gede Sebayu diangkat dadi penguasa, jabatane yakuwe Juru Demang (sederajad karo Tumenggung).

Jaman perang Diponegoro (1825 – 1830), miturut catetan P.J.F. Louw nang bukune De Java Oorlog Uan, wilayah Tegal dipimpin Residen Uan Den Poet.

Mitos lan Legenda Tegal
Nang dhaerah tegal akeh mitos lan legenda uga crita rakyat sing dipercaya tau kedaden lan esih urip neng masyarakat. Umume crita-crita kuwe diwarisna miturut cara lisan, turun temurun.

Mitos lan Legenda kuwe antarane:
* Banyu Panas Guci
* Bendung Danawarih
* Tombak Kiyai Pleret
1. Banyu Panas Guci
Konon jaman gemiyen, banyu panas Guci kuwe asale sekang Walisanga sing diwehna nggo bekel wong-wong sing diutus nggo ngewakili Walisanga sing tugase nyiarna agama Islam nang Jawa Tengah sisi kulon utawa wilayah Tegal jaman siki.

Banyu kuwe ditampung nganggo wadah guci (poci), mulane enggon penyerahan banyu kuwe siki diarani Guci.

Banyu kuwe akeh kasiate juga bisa nggawa berkah, ning banyu kuwe ora akeh padahal akeh sing kepengin, mulane pas bengi Jemuah Kliwon, salah siji Sunan (Sunan Gunung Jati) nancapaken tongkat sektine ming lemah, bar kuwe langsung metu banyu panas sing ora ngandung belerang. Mulane saben bengi Jemuah Kliwon akeh sing teka adus nang lokasi kiye nggo nggolet berkah. Ngantek siki banyu kuwe esih mili deres.

2. Bendung Danawarih
Bendungan kiye rancangane Ki Gede Sebayu lulusan Universiteit Delft Belanda jurusan Teknik Sipil-Bendungan/Dam tahun 275 sebelum masehi.

3. Tombak Kiyai Pleret
kue tombak tingalane sunan kalijaga sing dititipna kanggo pimpinan sing ana ning tegal saiki didelah ning desa kalisoka lan ditokna pas ulangtaun tegal.

Seni lan Budaya Tegal
* Wayang Kulit, Tegal
* Musik Tegal
* Balo-Balo Tegalan
* Sastra Tegal
1. Wayang Kulit, Tegal
Wayang kulit nang Tegal nduwe ciri khas dhewek antarane wayang kulit sing dikolaborasi karo musik dangdut sing dinyanyikan karo dalange lan ngganggo basa ngapak-ngapak utawa dhialek Tegalan.
Dhalang sing paling dikenal yakuwe Ki Enthus Susmono asale sing Desa Bengle neng Kecamatan Talang

2. Musik Tegal
Musik Tegal kuwe jenis musik kolaborasi antara nembang, dialog lan liyane sing nganggo perangkat musik (umume) tradisional juga nganggo syair dialek Tegalan. Ciri khas liyane yakuwe iramane sing mendayu-dayu khas pesisiran.
Grup musik Tegal kiye sing paling populer ialah KMSWT utawa Kelompok Musik Sastra Warung Tegal.

3. Balo-Balo Tegalan

4. Sastra Tegal

0 komentar:

Post a Comment